Apa Tanda-tanda Orang Mengalami Gangguan Jiwa?

Home » Apa Tanda-tanda Orang Mengalami Gangguan Jiwa?

Ditinjau oleh Hana Kamilah, M.Psi., Psikolog 25 September 2024

Tanda-tanda seseorang mengalami gangguan jiwa dapat bervariasi tergantung pada jenis gangguan yang dialami, namun secara umum, berikut beberapa tanda yang sering muncul:

1. Perubahan Suasana Hati yang Ekstrem

Seseorang mungkin mengalami perubahan suasana hati yang tiba-tiba dan ekstrem, seperti dari perasaan sangat bahagia menjadi sangat sedih tanpa alasan yang jelas. Biasanya suasana hati tersebut bertahan selama beberapa hari.

2. Perasaan Cemas Berlebihan

Rasa cemas yang berlebihan, tidak terkendali, atau ketakutan yang tidak beralasan terhadap situasi sehari-hari dapat menjadi tanda gangguan kecemasan. Ini sering disertai dengan gejala fisik seperti keringat dingin, jantung berdebar-debar, dan napas pendek.

3. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

Orang yang mengalami gangguan jiwa cenderung mengisolasi diri dari teman, keluarga, atau kegiatan sosial. Mereka mungkin tidak lagi tertarik pada hal-hal yang dulu menyenangkan dan lebih memilih untuk menyendiri.

*mungkin kata-katanya bisa dibalik? –> orang yang mengisolasi diri dari ….mungkin mengalami gangguan kejiwaan. Setiap orang mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri, namun jika disertai perasaan sedih yang berkepanjangan, tidak lagi tertarik pada hal yang dulu menyenangkan, kelelahan yang tidak disebabkan oleh aktivitas fisik, bisa jadi ia membutuhkan bantuan profesional.

4. Gangguan Tidur

Gangguan tidur seperti insomnia (sulit tidur) atau tidur berlebihan bisa menjadi tanda *seseorang mengalami stres atau gangguan mental seperti depresi atau kecemasan.

5. Perubahan Pola Makan

Perubahan drastis dalam nafsu makan, baik itu makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan, bisa mengindikasikan adanya masalah emosional atau mental, seperti gangguan makan atau depresi.

6. Sulit Berkonsentrasi

Kesulitan untuk fokus atau menyelesaikan tugas sehari-hari dapat menjadi tanda gangguan jiwa, terutama jika disertai dengan rasa lelah yang berlebihan atau perasaan tidak berdaya.

7. Perilaku yang Tidak Biasa atau Berisiko

Orang yang mengalami gangguan mental mungkin menunjukkan perilaku yang tidak biasa atau impulsif, seperti melakukan hal-hal berisiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Contohnya, mereka mungkin terlibat dalam penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan.

8. Halusinasi dan Delusi

Mengalami halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada) atau delusi (meyakini sesuatu yang tidak nyata) adalah tanda dari gangguan jiwa yang lebih serius, seperti skizofrenia.

*poin ini sama kehilangan realitas kayanya sama aja, pake salah 1 ajaa yan

9. Merasa Putus Asa atau Tidak Berharga

Perasaan tidak berharga, putus asa, atau tidak ada harapan sering kali menjadi salah satu tanda depresi. Ini juga bisa diiringi dengan pikiran untuk bunuh diri atau merasa hidup tidak ada gunanya.

10. Kesulitan Mengendalikan Emosi

Seseorang mungkin mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka, seperti sering marah tanpa alasan jelas, menangis berlebihan, atau merasa sangat cemas dan panik dalam situasi biasa.

*di atas sudah dibahas simtom2 secara emosional seperti cemas berlebihan, hopelessness, apa sebaiknya yang dua itu dimasukin dalam poin ini aja biar ngga redundant?

11. Gejala Fisik Tanpa Sebab yang Jelas

Orang yang mengalami gangguan mental juga dapat menunjukkan gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis, seperti sakit kepala, sakit perut, atau nyeri tubuh yang terus-menerus.

12. Kehilangan Realitas

Kehilangan kontak dengan realitas, memiliki waham seperti berpikir bahwa orang lain berusaha untuk menyakitinya atau merasa dirinya memiliki kekuatan khusus, atau melihat/mendengar sesuatu yang tidak ada di kenyataan (halusinasi), adalah tanda gangguan mental yang serius dan memerlukan penanganan segera.

Jika seseorang menunjukkan beberapa tanda di atas, penting untuk tidak mengabaikannya dan segera mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Author

  • Hana Kamilah

    I’m a clinical psychologist graduated from Padjadjaran University with a passion to medical psychology, art therapy, addiction, couple/family and group counseling. While my professional goal is to become a dedicated counselor to my clients, my pursuit includes becoming an advocate of mental health, intervention program and psychological tools development, research and publication, also building my professional network. While working on my master I got to experience working with caregivers of children with Acute Lymphoblastic Leukemia and built a prototype of mobile-based intervention for them utilizing some of the insights I got from Radboud University’s Pain Perception and Treatment course. From the years of my practice in primary health center, I work with a lot of young adults and people with affective disorder (such as anxiety, depression, bipolar). With my interest in the affective domain of human, I developed a tool to measure one’s psychological flexibility called Emotional Agility, which garners interest from domestic and international’s academician upon it’s publication. During my experience working in a rehabilitation center for people with addiction to drugs and alcohol, I got to gain some Clinical Skills for Healthcare Provider in Treating Addiction. I constructed an intervention program focusing on strengthening neural connection and facilitating one’s personal growth based on Positive Psychology approach I learned during my bachelor study in Maranatha Christian University. I also applied art therapy for addiction and performed a routine group counseling to help client’s recovery journey. Integrating my personal interest in family dynamics, I delved into couples counseling and family therapy using Systemic Family Therapy perspective, combining it with CRAFT (Community Reinforcement and Family Training) while designing intervention program for family of the rehabilitation residence. As my professional goal intertwines with my personal interest along the way, I’m driven to learn more each day and contribute positively to my environment. Saya seorang psikolog klinis lulusan Universitas Padjadjaran dengan ketertarikan pada psikologi medis, terapi seni, adiksi, konseling pasangan/keluarga, serta konseling kelompok. Sambil mengejar tujuan profesional saya untuk menjadi konselor yang berdedikasi bagi klien-klien saya, saya juga berusaha menjadi advokat kesehatan mental, pengembang program intervensi dan alat-alat psikologis, penelitian dan publikasi, serta membangun jaringan profesional saya. Saat menjalani pendidikan magister, saya mendapat kesempatan bekerja dengan pengasuh anak-anak yang menderita Leukemia Limfoblastik Akut, dan saya membangun sebuah prototipe intervensi berbasis mobile untuk mereka dengan menggunakan beberapa wawasan yang saya peroleh dari kursus “Pain Perception and Treatment” di Universitas Radboud. Selama praktik di pusat kesehatan masyarakat, saya banyak bekerja dengan dewasa awal dan orang-orang yang mengalami gangguan afektif (seperti kecemasan, depresi, dan bipolar). Dengan minat saya pada domain afektif manusia, saya mengembangkan sebuah alat untuk mengukur fleksibilitas psikologis seseorang yang disebut “Emotional Agility”, yang mendapat perhatian dari akademisi dalam dan luar negeri setelah publikasinya. Dari pengalaman saya bekerja di pusat rehabilitasi bagi pecandu narkoba dan alkohol, saya memperoleh keterampilan klinis untuk penyedia layanan kesehatan dalam menangani adiksi. Saya merancang sebuah program intervensi yang berfokus pada memperkuat koneksi saraf dan memfasilitasi pertumbuhan pribadi berdasarkan pendekatan Psikologi Positif yang saya pelajari selama studi sarjana saya di Universitas Kristen Maranatha. Saya juga menerapkan terapi seni untuk adiksi dan melakukan konseling kelompok rutin untuk membantu perjalanan pemulihan klien. Mengintegrasikan minat pribadi saya pada dinamika keluarga, saya mendalami konseling pasangan dan terapi keluarga menggunakan perspektif Terapi Keluarga Sistemik, menggabungkannya dengan CRAFT (Community Reinforcement and Family Training) dalam merancang program intervensi untuk keluarga penghuni rehabilitasi. Karena tujuan profesional saya sejalan dengan minat pribadi saya, saya terdorong untuk belajar lebih banyak setiap hari dan berkontribusi secara positif bagi lingkungan saya.

    View all posts